Rabu, 10 Desember 2014

Mau mendaki di Gunung Semeru? Waspada fenomena Embun Upas!

Embun Upas yang berupa butiran es di pucuk-pucuk daun atau rumbut merupakan penanda suhu udara yang mencapai nol derajat celsius atau titik beku. Bagi Anda yang hendak mendaki Gunung Semeru, waspadalah dengan fenomena alam ini.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Wilayah II di Kabupaten Lumajang, Achmad Susjoto yang meminta para pendaki Gunung Semeru mewaspadai fenomena alam tersebut.

Achmad mengatakan fenomena embun upas sudah lumrah di Kabupaten Lumajang. “Biasanya terjadi menjelang musim kemarau dan ketika kemarau datang,” kata Achmad yang dikutip Tempo, Kamis (14/08/2014). Achmad mengatakan bahwa hawa dingin ekstrem ini biasanya berlangsung pada Agustus.

Pada Agustus ini, kata Achmad, Semeru bakal kebanjiran pendaki terutama pendaki yang akan mengikuti upacara hari kemerdekaan di kawasan Semeru.

Dia mengimbau kepada pendaki untuk membekali diri dengan perlengkapan yang standar untuk mendaki gunung seperti pakaian dan jaket yang layak untuk menahan hawa dingin. Achmad mengatakan dampak film 5 Sentimeter ternyata menyebabkan banyak pendaki pemula tergerak untuk mendaki Semeru tanpa dibekali pengetahuan yang cukup. Pengaruh embun upas ini bagi tumbuhan juga menakutkan. “Sayuran petani langsung mati kalau terkena embun upas,” kata dia.

Embun Upas hinggap di daun. (Eka Sandi Susanto)

Achmad mengatakan kuota pendakian Gunung Semeru sudah penuh sejak 14 – 21 Agustus 2014 dengan pembatasan perharinya 500 orang yang boleh mendaki. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melarang kegiatan upacara memperingati hari kemerdekaan di Puncak Mahameru, 17 Agustus 2014. Sebagai gantinya, upacara akan digelar di tiga titik di kawasan Gunung Semeru.

Susjoto mengatakan upacara memperingati HUT RI di Gunung Semeru akan digelar di Ranupane, Ranu Kumbolo dan Kalimati. Larangan untuk menggelar upacara di puncak Mahameru ini berdasarkan hasil rekomendasi Pos Pengamatan Gunung api Semeru yang menyatakan puncak Semeru sangat berbahaya bagi pendaki. “Ada pertumbuhan kubah lava,” kata Achmad.

Dia mengatakan berdasarkan informasi dari petugas Pos Pengamatan Gunung api Semeru di Gunung Sawur, material vulkanik dari kawah Jonggring Saloka sewaktu-waktu bisa menyembur jika ada tekanan energi dari dalam kawah.

Gunung Semeru meletus, awan panas mengancam

Gunung Semeru dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut ini sering mengeluarkan suara letusan. Hal ini berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, sebulan terakhir ini. Itu kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Suparno.


Gunung berapi Mahameru atau Semeru di belakang. Latar depan adalah Kaldera Tengger termasuk Bromo, Jawa Timur, Indonesia. (WikiPedia)

Berdasarkan laporan kegiatan Gunung Semeru selama Agustus lalu, salah satunya disebutkan bahwa suara letusan sering terdengar (bergemuruh). Selain itu, letupan lava pada malam hari masih sering terlihat dengan ketinggian 5-10 meter di atas bibir kawah aktif.

Sedangkan pertumbuhan kubah lava menunjukkan aktivitas yang berbeda dengan sebelumnya. Berdasarkan pengamatan selama Agustus ini, tidak teramati adanya pertumbuhan kubah lava.

Untuk lidah lava teramati kurang-lebih 500 meter dari bibir kawah. Ujung lidah tersebut sifatnya labil. Artinya, mudah pecah dan patah, dan terbentuklah guguran lava pijar.

Sebagaimana dilansir Tempo, Suparno menyatakan guguran lava pijar teramati dua kali dengan jarak luncur 100 meter masuk ke hulu Besuk Kobokan. Asap kawah atau solfatara berwarna putih dengan ketinggian kurang-lebih 5 meter di atas puncak.

Letusan asap atau abu teramati sembilan kali. Warna asap putih kelabu, tekanan gas kuat dengan ketinggian asap 100-300 meter yang condong mengarah ke barat. Suparno mengatakan, secara visual maupun seismik, aktivitas Gunung Semeru tetap pada level waspada. Dalam level ini, direkomendasikan kepada penduduk yang bermukim di sekitar daerah aliran Sungai Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Kobokan untuk waspada.

“Bahaya awan panas guguran sewaktu-waktu bisa terjadi karena secara visual teramati kubah lava di kawah Jonggring Seloka sudah penuh,” kata Suparno dalam laporan tertulisnya. Hal ini, kata dia, sewaktu-waktu bisa longsor dan terjadilah awan panas guguran yang sangat berbahaya, terutama bagi manusia. “Apabila ada tekanan dari dalam yang sangat kuat, dapat terjadi semburan material pijar yang membahayakan bagi pendaki.”

Jumat, 05 Desember 2014

Liyangan Berulang Kali Diterjang Erupsi Gunung Api

Yunanto Wiji Utomo
Candi pada teras pertama kompleks situs Liyangan. Candi berdiri di atas batu hasil letusan gunung api seperti ditunjukkan oleh arkeolog Sugeng Riyanto. Hal ini memicu dugaan bahwa situs Liyangan berulang kali diterjang bencana.


KOMPAS.com - Bukti arkeologi memberi indikasi bahwa Liyangan tidak hanya digempur bencana sekali saja. Wilayah yang dulu dianggap "desa metropolitan" tersebut tumbuh runtuh secara berulang akibat erupsi gunung berapi.

Arkeolog yang memimpin proyek penelitian situs Liyangan, Sugeng Riyanto, mengungkapkan, bukti Liyangan diserang amukan gunung berapi lebih dari sekali bisa dilihat pada salah satu candi di kompleks situs Liyangan.

"Candinya didirikan di atas batuan hasil letusan gunung. Jadi batu itu tidak dipindahkan, langsung dipakai sebagai fondasi," ungkap Sugeng saat ditemui di sela proses ekskavasi pada Minggu (23/11/2014).

Candi yang dimaksud berada pada teras pertama kompleks situs Liyangan. Candi tersebut berbahan sepenuhnya batu dan diduga menjadi tempat persiapan bagi umat Hindu saat itu sebelum melakukan ibadah.





KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT
Struktur jalan besar terbuat dari bebatuan di Situs Liyangan, kaki Gunung Sindoro, Desa Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, Jateng, Sabtu (22/11/2014). Ekskavasi lanjutan dari Balai Arkeologi Yogyakarta di situs ini mengungkap temuan baru yaitu permukiman kuno yang diperkirakan berasal dari abad ke-6.


Selama ini, para arkeolog menduga bahwa erupsi yang mengakibatkan runtuhnya peradaban kampung Liyangan adalah letusan Gunung Sindoro yang diperkirakan terjadi antara abad ke-9 dan 10.

Adanya candi yang berdiri di atas material vulkanik membuka kemungkinan adanya erupsi yang menerjang kawasan Liyangan sebelum masa antara abad ke-9 dan 10. Waktunya belum diketahui.

Keberadaan candi itu juga membuka kemungkinan adanya peradaban di Liyangan sebelum peradaban yang runtuh akibat erupsi sekitar satu milenium lalu. "Tapi kita belum menemukannya," kata Sugeng.

Liyangan terletak pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, 7 kilometer dari puncak Gunung Sindoro. Berdasarkan pemetaan, Liyangan memang masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) 2 Gunung Sindoro.

Situs Liyangan mulai ditemukan pada tahun 2008 lewat aktivitas penambangan pasir. Setelahnya, penggalian mulai dilakukan secara intensif. Prediksi terbaru, wilayah situs Liyangan memiliki luas hingga 10 hektar.

Candi yang berdiri di atas material vulkanik hanyalah salah satu candi di Liyangan. Kompleks Liyangan punya tiga teras bangunan. Pada teras kedua, terdapat dua batur sementara pada teras ketiga terdapat 1 bangunan candi utama dan 5 batur.
Editor  : Yunanto Wiji Utomo

Rekayasa Lingkungan untuk Pertanian Rumah Kaca


KOBE, KOMPAS.com - Bertani dalam rumah kaca atau green house sudah diadopsi para petani, terutama agribisnis sayuran dan tanaman hias. Meski demikian, perubahan cuaca yang dihadapi membuat hasil panen tidak maksimal sehingga pertanian dengan cara ini menjadi mahal. 

Rumah kaca atau green house merupakan bangunan yang terbuat dari bahan kaca atau plastik tebal yang menutupi seluruh permukaan bangunan, baik atap atau dindingnya. Di dalamnya dilengkapi pengatur suhu dan distribusi air. 

Pertanian dalam ruangan tertutup semacam itu memang memudahkan petani mengontrol lingkungan, tetapi biaya yang dikeluarkan sangat mahal karena adanya biaya membangun rumah kaca dan biaya operasional. 

Salah satu metode pertanian yang kini sedang dikembangkan oleh Panasonic Eco Solutions adalah rumah kaca hidroponik. Menurut Shingo Nagatomo, Senior Coordinator Agri Engineering Project Panasonic, rumah kaca hidroponik pada dasarnya menggabungkan antara pertanian tradisional dengan pertanian rumah kaca.

"Kami mengembangkan sistem rumah kaca yang sangat terkontrol, mulai dari pencahayaan, pengaturan kelembaban, sampai pengairan," katanya saat ditemui di laboratorium pengembangan rumah kaca di Osaka, Jepang, Jumat (28/11/14). 

Bahan-bahan yang dipakai untuk bangunan rumah kaca ini sama seperti pada rumah kaca konvensional. Salah satu hal yang membedakan rumah kaca hidroponik ini adalah tersedianya dua sensor, satu di dalam dan satu di luar rumah kaca untuk menyediakan lingkungan yang optimal bagi tanaman. 

"Sensor di luar bisa mengecek suhu dan kelembaban udara. Berdasarkan informasi tersebut sistem secara otomatis akan mengatur berapa banyak air yang harus disemprot, atau perlu tidaknya tirai atap ditutup," kata Nagatomo. 

Pada sistem pencahayaan, misalnya pada pagi hari saat cahaya matahari dari arah timur lebih terang, maka bagian atap akan ditutup untuk mengurangi pancaran cahaya. Sementara itu di musim panas, tirai akan memberikan efek bayangan sehingga tanaman lebih kuat. Pada rumah kaca konvensional, Nagatomo menilai energi yang terpakai cenderung boros. 

"Normalnya rumah kaca akan mengendalikan kelembaban dan suhu, tapi banyak energi jadi terpakai. Dengan cara baru ini, pengaturan dan penggunaan air akan disesuaikan dengan tahap pertumbuhan tanaman, sehingga lebih hemat energi," katanya. 

Sistem yang serba otomatis tersebut juga akan membuat jumlah tenaga kerja bisa dihemat dan jam kerja yang dihabiskan di satu rumah kaca lebih sedikit. Rumah kaca hidroponik tersebut sejauh ini sudah diuji coba untuk menanam bayam. 

"Dengan kondisi lingkungan di Osaka, kami bisa memanen bayam 8 kali dalam setahun, dua kali lipat dari pertanian tradisional," ujarnya. 

Selain bayam, saat ini juga sedang diuji coba penanaman stroberi, tomat, dan beberapa tanaman herbal dari Jepang. Sistem pertanian tersebut pertama kali diluncurkan pada April 2014 dan akan dipasarkan secara bertahap. 

Untuk pembangunan rumah kaca dengan plastik seluas 50 meter persegi, dibutuhkan biaya sekitar 55 juta rupiah, dengan biaya operasional listrik pertahun mencapai sekitar 85 juta rupiah. 

"Tentu saja tidak bisa dibandingkan secara langsung dengan pertanian tradisional karena ada biaya pembangunan rumah kaca dan juga biaya listrik. Namun pertanian tradisional juga butuh biaya yang tidak sedikit untuk tenaga kerja," katanya. 

Ia menambahkan, salah satu keunggulan sistem pertanian green house adalah tanaman bisa terus ditaman secara berkesinambungan sepanjang tahun. 

"Kami juga memilih bayam karena para petani di sini mengeluh sulit menanam bayam di musim panas," katanya.

Penulis : Lusia Kus Anna

Editor  : Tri Wahono

SURVIVAL

Survival merupakan kemampuan untuk bertahan hidup di dalam kondisi apapun. Survival juga bisa diartikan sebagai teknik dalam menghadapi berbagai ancaman yang mengancam keselamatan diri. Di kalangan penggiat out bond survival dimaknai sebagai kemampuan dan teknik bertahan terhadap kondisi yang membahayakan kelangsungan hidup yang terjadi di alam terbuka dengan mempergunakan perlengkapan seadanya. Pelaku dari survival sendiri disebut survivor.

Kemampuan bertahan hidup (survival) ini sangat penting dikuasai oleh setiap orang yang sering beraktifitas di alam bebas seperti pecinta alam dan pendaki gunung. Dengan memahami prinsip dasar survival, seorang survivor diharapkan mampu mempersiapkan diri (penguasaan medan, peralatan, dan teknik) dan mampu mengambil tindakan yang tepat.
Berdasarkan jenis medannya, Survival dapat dikategorikan menjadi 4 jenis yaitu:

·         Survival di hutan (Jungle Survival)
·         Survival di laut (Sea Survival)
·         Survival di padang pasir (Desert Survival)
·         Survival di dareah kutub (Antartic Survival)



Namun jika dilihat berdasarkan kondisi alam di indonesia, survival bisa juga mencakup kemampuan bertahan terhadap medan hutan belantara, rawa, sungai, padang ilalang, gunung berapi, dsb. Dari masing-masing medan tersebut diperlukan persiapan dan penanganan yang kadang berbeda.
Ketika menghadapi kondisi yang menuntut untuk survival yang terpenting adalah tidak perlu panik. Hal ini biasanya di rumuskan dengan istilah “STOP” yang terdiri atas:

S : Seating (berhenti)
T : Thingking (berpikirlah)
O : Observe (amati keadaan sekitar)
P : Planning (buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan)
Sikap tidak panik ini sangat penting sehingga seorang survivor mampu menggunakan lima elemen dasar dalam survival dengan baik. Kemampuan memanfaatkan kelima elemen ini akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu survival. Kelima elemen dasar itu adalah: api, pelindung, sinyal, makanan dan minuman, dan pertolongan pertama.

Api
Api mempunyai peranan yang sangat penting dalam survival karena berfungsi sebagai penghangat tubuh (ketika malam), menghalau binatang buas, penerangan, memberikan sinyal bahaya dan untuk memasak makanan dan minuman.

Untuk menciptakan api bisa menggunakan dua cara yaitu dengan pemakaian alat (korek api) dan dengan cara alami. Karenanya sangat penting bagi seorang yang berada di alam bebas untuk selalu membawa korek api yang tahan air atau menyimpannya di tempat yang tahan air. Sedangkan untuk cara kedua, membuat api dengan cara alami salah satunya adalah dengan batu dan kayu kering yang tentunya membutuhkan keahlian khusus yang di dapat lewat latihan.

Yang perlu diingat, untuk menciptakan panas, ternyata api kecil mampu memberikan kehangatan yang lebih dibanding api besar. Untuk membuat api, bisa mencari potongan-potongan kayu. Kumpulkan secukupnya kemudian berilah sedikit minyak atau bahan lain yang mudah terbakar (plastik atau kertas) untuk memulai pembakaran.

Pelindung
Pelindung diartikan sebagai apa pun yang mampu melindungi tubuh dari sengatan matahari, dingin, angin hujan atau pun salju. Baju adalah pelindung pertama tubuh. Pakailah baju yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Jika panas gunakan baju yang tipis. Sebaliknya jika cuaca sedang dingin pakailah baju tebal (hangat). Kenakan jas hujan bila turun hujan.

Selain baju, jika harus berdiam cukup lama di tempat dengan temperatur dingin atau sewaktu malam hari diperlukan bivouc atau tenda baik yang telah dipersiapkan dari rumah maupun mempergunakan bahan-bahan dari alam seperti gua, ranting pohon, dedaunan dan lain sebagainya.

Sinyal
Sinyal yang dimaksudkan di sini adalah segala sesuatu yang bisa dijadikan alat untuk meminta pertolongan atau memberitahukan kondisi dan lokasi kita. Alat yang dapat digunakan seperti api, cermin, lampu senter, bendera. Ada berbagai cara yang bisa dipakai untuk memberikan sinyal. Jika ingin memanfaatkan api untuk sinyal maka berhati-hatilah jangan sampai terjadi kebakaran. Gunakan sinyal cermin jika melihat pesawat atau orang pada jarak yang cukup jauh. Sedangkan bila malam tiba bisa menggunakan lampu senter untuk memberi sinyal. Atau bisa pula meminta perhatian dengan cara membuat asap dengan pembakaran. Selain itu, batu, balok atau kain yang berwarna mencolok bisa juga dimanfaatkan untuk memberikan sinyal.

Makanan dan minuman
Makanan dan minuman adalah hal vital. Karena itu, Anda harus pandai memanfaatkan persediaan air dan minuman yang sangat terbatas. Cobalah minum jika sedang haus atau sore hari. Pasalnya, manusia bisa hidup selama tiga hari lebih tanpa air. Selain itu, perhatikan soal makanan manusia mampu bertahan hidup tanpa makanan hingga 3 minggu karenanya jangan sembarang memakan tumbuhan yang belum dikenali benar.

Pertolongan pertama
Pertolongan pertama adalah pertolongan darurat atau sementara untuk menghindari bahaya yang lebih besar seperti pertolongan terhadap gigitan binatang dan hipotermia. Dalam memberikan pertolongan pertama bisa menggunakan peralatan (obat-obatan) yang telah kita persiapkan sejak awal ataupun memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar. Kemampuan memberikan pertolongan pertama memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang harus dilatih.
Ini hanyalah sekedar pengetahuan dasar tentang survival. Tentang teknik lebih lanjut survival (mungkin) akan saya sampaikan di lain kesempatan.

Sumber : adventure.nationalgeographic.com ; akstrimpala.wordpress.com